Search site


Apa Yang Dilakukan Pemerintah Terhadap Uang Kita?

Apa Yang Dilakukan Pemerintah Terhadap Uang Kita?

“…mari pusatkan perhatian kepada buku yang tengah berada di tangan Anda ini. Seberapa pentingkah kira-kira nilainya? Apa Yang Pemerintah Lakukan Terhadap uang kita? adalah pengantar ringkas tapi cukup komprehensif, ’klasik’ namun sangat relevan, yang dengan lugas dan runtun menyingkap ’kabut’ yang menyelubungi pemahaman terhadap sistem moneter dan perbankan. Segala hal yang rumit tentang hakikat dan sejarah uang serta fenomena moneter seperti inflasi, deflasi dan sebagainya, menjadi mudah dipahami, bahkan oleh orang yang awam sekalipun.

Sejak halaman pertama hingga akhir buku ini sarat telaah historis yang menarik dan analisis yang tajam dan jarang dijumpai dalam buku-buku teks ekonomi maupun keuangan standar modern yang dipakai dalam sistem perkuliahan tingkat sarjana hingga pasca sarjana.

Misalnya adalah tilikan terhadap bagaimana terjadinya evolusi pemutusan kaitan emas dengan uang kertas hingga menjadi uang fiat yang tidak lagi didukung emas; bagaimana mata uang didefinisikan dan diberi nama; apa implikasi patriotisme moneter, seperti tercermin dalam penamaan mata uang secara nasional. Tak kalah penting dan menarik adalah pandangan Rothbard dan ekonom Austria pada umumnya terhadap fenomena ekonomi berupa inflasi, yang akan diulas lebih lanjut di bawah ini.

Namun isu terpenting dan pesan sentral yang ingin disampaikan Prof. Rothbard dalam buku ini dapat diringkas dalam satu pertanyaan: Apa sebenarnya peran negara dalam sistem moneter?

Jawabannya cukup mengejutkan: tidak ada sama sekali!

Bahkan lebih dari itu, menurutnya, mempercayakan uang ke dalam perlindungan dan kendali negara adalah kesalahan fatal, sebab hal tersebut justru membuka pintu gerbang terhadap kontrol negara sepenuhnya terhadap masyarakat. Sebagaimana dipaparkan oleh sang pengarang, intervensi nyata-nyata tidak melindungi uang sama sekali, malah hanya mengancam integritasnya.

Tesis Rothbard terhadap campur tangan pemerintah terhadap semesta moneter adalah bahwa:intervensi pemerintah hanya menghasilkan instabilitas dan bentuk-bentuk penyelewengan baru. Bukannya menyelesaikan masalah, tindakan tersebut justru menciptakannya. Alih-alih berbuah keteraturan, campur tangan penguasa justru membawa kekacauan moneter dan prahara politik dan ekonomi.

Rothbard menggarisbawahi kenyataan yang sulit dipungkiri bahwa intervensi negara terhadap pasar-bebas uang justru telah menimbulkan berbagai krisis politik, ekonomi dan moneter serta mencemarkan nilai uang itu sendiri. Bahkan pecahnya Perang Dunia II diyakini oleh Rothbard, juga oleh penulis lain seperti Hull dan Gardner, sebagai petaka yang tidak dapat diceraikan dari dampak kebijakan moneter yang ditempuh sejumlah pemerintah di Eropa.

Dan keniscayaan ini oleh sebagian besar pengambil kebijakan moneter, ekonom maupun anggota masyarakat awam cenderung dianggap menguntungkan—barangkali atas nama efisiensi atau simplifikasi, mirip dengan apa yang terjadi dengan uang plastik yang menggantikan uang kertas; uang kertas yang menggantikan fungsi uang logam; uang logam yang menggantikan fungsi berbagai macam logam dalam berbagai bentuk yang dulu pernah dipakai sebagai uang. Rothbard berpendapat sebaliknya, untuk alasan lengkap yang dijabarkannya dalam buku ini.

Singkatnya, penyatuan mata uang secara regional dan kemudian global hanya akan berakhir sebagai mala petaka. Tindakan tersebut akan memuluskan proses inflasi yang dilakukan oleh pemerintah, dan sebaliknya akan mempersulit kontrol dan meniadakan sistem kendali ’alamiah’ terhadap inflasi.

*

Bagaimana kita harus memahami kata-kata bercetak miring di atas: proses inflasi yang dilakukan oleh pemerintah? Bukankan inflasi justru merupakan momok terpenting yang terus menerus diperangi oleh setiap pemerintah?

Sebagai sebuah istilah dan fenomena ekonomi, inflasi barangkali sudah terlalu akrab untuk dipertanyakan lagi. Dalam pandangan standar yang kini telah dianggap sebagai semacam ortodoksi, inflasi didefinisikan sebagai tingkat kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum. Walau tampaknya cukup jelas, definisi seperti di atas sebenarnya tidak menjelaskan apa-apa tentang faktor pemicunya. Kenyataannya, memang hampir semua buku teks-ekonomi modern tidak memberikan definisi yang memadai tentang inflasi, selain menyebutnya sebagai sebuah fakta kehidupan—atau begitulah kira-kira intisarinya.

Disadari atau tidak, definisi inflasi dalam ilmu ekonomi modern telah mengalami pergeseran. Alih-alih menjelaskan bagaimana inflasi terjadi, atau apa pemicunya, definisi modern tentangnya hanya menjelaskan salah satu akibat inflasi, yaitu berupa kenaikan harga-harga barang dan jasa. Ketika kita menyebut istilah ’inflasi’, umumnya yang kita acu adalah fenomena kenaikan harga sebagai konsekuensi yang tak terhindarkan dari inflasi.

Bagi Rothbard dan para ekonom Austria, inflasi bukanlah ciptaan Tuhan. Ludwig von Mises*, sebagai pendahulu dan guru Rothbard misalnya, mendefinisikan inflasi sebagai ”peningkatan jumlah uang dan uang kertas yang beredar serta kuantitas deposito bank yang dapat dicairkan.” Definisi Mises ini jauh berbeda dari pemahaman umum, dalam arti dia secara cukup eksplisit menjelaskan faktor utama pemicu inflasi. Dalam pemahaman ortodoks dewasa ini, faktor penyebab inflasi tidak terdefinisikan.

Pertanyaan logisnya kemudian: bagaimana kita mengatasi sesuatu yang tidak terdefinisikan? Kebijakan fiskal dan moneter yang ditempuh oleh kebanyakan negara melalui bank sentral untuk memerangi inflasi selama ini ibarat usaha memberi perlakuan terhadap gejala penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, dan sama sekali tidak ditujukan untuk menyembuhkan penyakitnya.

Lebih jauh, di setiap perekonomian pasar yang tidak terkendala, fluktuasi naik-turunnya harga diakui sebagai fenomena ”alamiah” yang muncul akibat dinamika penawaran dan permintaan. Di pasar yang demikian, harga tetap akan berfluktuasi, namun kecenderungannya adalah turun, alih-alih naik seperti yang biasa kita alami. Mengapa? Ini terkait dengan pasokan uang dalam sebuah perekonomian, dan uraian historis dan logis tentang hal ini dijelaskan dalam buku ini.

Kita telah dan tengah menjadi saksi terhadap berbagai konsekuensi kebijakan moneter. Belum lama berselang, masyarakat mengalami berbagai konsekuensi terpahit krisis moneter di tahun 1997 dan akibat ’solusi’ yang ditempuh. Masih teringat bagaimana sebagian orang, termasuk mantan perdana menteri negara tetangga, mencerca para spekulator yang dituduhkan telah menyebabkan dan mengambil keuntungan dari malapetaka tersebut.

Pemerintah Indonesia sendiri, seperti kita ketahui, memilih  ’menyelamatkan’ sistem perbankan dari jurang kehancuran. Landasan teoritisnya, yang sebenarnya harus dipertanyakan dan dijawab tuntas secara ilmiah, adalah bahwa sistem perbankan sejak lama telah dijadikan semacam cermin kemajuan perekonomian negara. Kenyataan yang pasti dan harus dikatakan di sini, meski berisiko terdengar klise, adalah bahwa biaya besar yang harus dibayar sebagai solusi ’tensoplas’ terhadap prahara moneter tersebut adalah utang publik senilai lebih dari Rp 640 triliun. Dan beban ini diletakkan di pundak penduduk–termasuk mereka yang belum lagi lahir. Sementara, entah berapa triliunan rupiah lagi biaya yang telah dan akan dihabiskan untuk ’memaknai’ krisis tersebut, menarik pelajaran dari krisis yang berulang hampir dalam setiap dekade dalam eksistensi Indonesia, serta mencari format kebijakan nasional guna menghindari negara dari krisis semacam itu.

Menurut Profesor Rothbard, cara yang ditempuh semua pemerintahan negara di bawah baku fiat dan sistem keuangan dewasa ini mustahil dapat mengatasi krisis moneter secara berkesinambungan. Dan krisis berikutnya telah menunggu di tikungan—kita cuma punya waktu untuk menyongsongnya.

*

Di samping kepelikan perkara moneter, pertanyaan-pertanyaan penting tentang ekonomi telah lama menjadi pusat perhatian para pemikir terbesar sejak jaman Yunani Kuno. Dewasa ini, pemikiran ekonomi terpecah dalam berbagai macam aliran pemikiran, seperti misalnya aliran Keynesian, Pasca-Keynesian, Neo-Keynesian, aliran Klasik, aliran Neo-Klasik (atau Aliran Ekspektasi Rasional), aliran Monetarist, aliran Chicago Publik Choicers, aliran Virginia Publik Choicers, aliran Eksperimentalis, aliran Teori Permainan, berbagai cabang aliran Supply Sideism, dan seterusnya berlanjut. Aliran atau mazhab Austria adalah salah satunya. …”

Selanjutnya tentang sejarah singkat, ciri khas, dan tokoh-tokoh utama dalam Austrianisme serta pandangan Rothbard mengenai uang dan sistem moneter, silakan baca dalam buku perdana berbahasa Indonesia tentang tradisi pemikiran mazhab ini.

Apa Yang Dilakukan Pemerintah terhadap Uang Kita? penting bagi ekonom, praktisi keuangan, dan pembaca umum di Indonesia. Buku ini akan memberi pemahaman menyeluruh dan dapat mengubah pandangan pembaca tentang persoalan moneter dan serba-serbi kebijakan pemerintah dalam bidang ini.

SPESIFIKASI BUKU

Judul: Apa Yang Dilakukan Pemerintah Terhadap Uang Kita?
Penulis: Murray N. Rothbard
Terjemahan dan Pengantar: Sukasah Syahdan
Ketebalan: xxx + 106 hlm
Ukuran: 13,5 x 20 cm
ISBN : 978-979-16217-4-8
Harga: Rp.35.000,-
Penerbit: PT. Granit, Yayasan Obor Indonesia, Jl. Plaju 10 Jakarta Pusat. Tel. (021) 3920114, 31926978 – Fax: (021) 31924488; (HP: 08888390283 dgn. Enny).